KETIKA SAMPAH MULAI BERULAH



namaku Pandu Dewantara. Aktif di dunia audiovisual yang menitik beratkan pada film dokumentter. Saat dimana kampanye global warming begitu gencarnya ditempatku berdomisili, maka terbersitlah keinginan untuk membuat sebuah film dokumenter tentang global warming.

Waktu itu hati kecilku berbicara “mampukah aku membuat film ini?”, maka aku sendiri menjawab “ini adalah tantangan untukku, dimana jiwaku harus bisa menyatu dengan Global Warming”.

Dengan tanpa pikir panjang lagi, aku membuat scenario tentang sebab dan akibat global warming. semua sumber-sumber aku datangi untuk menambah wawasanku tentang global warming tersebut. al hasil...informasi yang aku butuhkan telahku dapat, dan aku mengangkat judul "KETIKA SAMPAH MULAI BERULAH".
karena ternyata sampahpun ikut andil dalam pemanasan global yang sedang terjadi. Itulah film dokumenter bertema lingkungan hidup yang pertama aku buat.
Isi dari film tersebut memang dirancang untuk masyarakat umum, mudah dicerna dan dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. Mengenai keterkaitan sampah dengan efek rumah kaca alami.
Di film ini juga diterangkan mengenai istilah efek rumah kaca yang terdiri dari CH4, CO2 dan gas lainnya.

Setelah scenario siap, aku mengajak istriku untuk berdiskusi mengenai biaya produksi yang dibutuhkan. Lalu dengan 3 temanku yang berkompeten dibidangnya (Xenna dan Gerot sebagai kameramen, Bagas sebagai voice over). Aku calling mereka untuk mendiskusikan tempat pengambilan gambar dan equipment yang akan dipakai serta mensinergikan antara gambar dan voice over. Dalam pertemuan yang pertama dengan ke-3 temanku, semuanya menanggapi dengan sangat antusias. Dan tidak memerlukan lagi pertemuan yang kedua.
Dan aku sendiri sebagai sutradara yang merangkap sebagai editor film dan animator 2D, mengingat keterbatasan biaya berarti kerelaan hati semua kru untuk bekerja tanpa pamrih dan ditambah lagi masalah-masalah yang timbul seperti kamera rusak, penghuni TPA yang tidak mau bekerjasama yang membuat kemarahan kru hingga akan berkelahi, tanpa sengaja membawa ular kerumah, salah satu kameramen yang muntah akibat bau sampah yang menyengat, terjebak angin kencang dan hujan lebat di pantai depok, dan masih banyak lagi.

Namun dari 100% ketidak nyamanan ini telah membuahkan kepuasan batin para kru yaitu sebuah film dokumenter lingkungan hidup yang berjudul ”KETIKA SAMPAH MULAI BERULAH”.
Tak lama setelah film itu jadi, kami memutuskan untuk memasukkannya dalam festival ”GREEN JOGJA FESTIVAL”. Karena jika film itu tidak diikut sertakan dalam festival itu, maka film yang kami buat ini akan sia-sia dan hanya akan menumpuk di basecam.

Dari 100% ketidak nyamanan itu. Kamipun mendapatkan sebuah happy ending. ”KETIKA SAMPAH MULAI BERULAH” mendapatkan juara terbaik II kategori film dokumenter.
Film ini sukses seperti yang aku harapkan, yaitu menjadi film yang bisa mengajak kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan.
Sampai sekarang aku masih melamunkan film itu. Karena film itu telah dibawa oleh aktivis lingkungan hidup guna berkampanye dalam gerakan peduli lingkungan.

Akhirul kalam, semoga semua pemirsa yang telah melihat film itu akan lebih memperhatikan kata ”sampah”. Memang kita bisa membuang sampah dan menjauhkannya dari kehidupan kita. Namun sampah akan kembali kepada kita dengan rupa yang berbeda. Ya, rupa yang berbeda yang dikenal dengan nama BENCANA.
Maka perhatikanlah dia, sayangilah dia dan cintailah dia. Agar ulahnya baik dan benar.

Penulis :
Pandu Dewantara
www.videozinema.blogspot.com

penghargaan


Pada tahun 2007, seluruh staf dikerahkan untuk memproduksi film dokumenter tentang kehidupan seorang pelukis Jogja kaliber Asia, bernama "Bob Yudhita Agung (bob sick)". film dokumenter ini diberi judul "The Art of Bob Sick".

film by :

Yuleo Krisdono Wahyu

Produser :

1. Benny JOINT


Kameraman :

1. Xenna SAKANANE
2. Arifin JOINT

Original Soundtrack by :

1. Peluru Karet

Animasi by :

1. Pandu SAKANANE

Editor :

1. Krisdono Wahyu
2. Pandu SAKANANE


Film ini diikutkan pada Festival Film Dokumenter di Lembaga Indonesia Prancis(LIP), dan menang dengan kategori "Penghargaan Khusus". Karena semua pemirsa yang hadir dibuat kagum akan alur cerita, kisah, materi gambar dan musik yang harmonis.